Bel bunyi tanda waktu untuk pulang, dia langkahkan kaki
penuh kebimbangan dan kegundahan. Sesekali dia membuka inbok di hapenya. Nihil,
tak ada satupun pesan baru di hapenya. Wajahnya semakin kusut dan kalut.
“ Setelah pulang les aku harus pergi menemuinya. Harus...”
tegas Ela.
Waktu menunjukkan pukul 15.00, tepat ketika Ela pulang dari
lesnya. Dia tatap awan yang begitu murung untuk menyapa manusia dibelahan bumi
ini. Meskipun begitu, Ela tetap pada pendiriannya. Dia semakin bertekad untuk
menemui Ega, lelaki yang sangat dia sayangi. Lebih tepatnya belahan hati Ela.
Sesampainya di rumah, dia segera bersiap-siap untuk pergi ke
Bandung. Tempat dimana Ega berada.
“Dik, kakak mau pergi ke Bandung. Kakak tadi udah pamit
Bunda. Kamu jaga rumah ya, terus kalau ntar bunda telepon kamu bilang kalau kakak
pulang besok” pesan Ela kepada adiknya, Hanida.
“Kakak pergi ke Bandung mau ketemu Kak Ega kah?Terus kakak
mau nginep dimana?” tanya Hanida.
“Heem. Mungkin di kos-kosannya Kak Risty” jawab Ela ragu.
“Ohh iya, jangan lupa kalau ayah pulang siapin makan malam,
aku berangkat dulu. Takut sampai Bandung kemalaman. Hati-hati di rumah” tambah
Ela.
“Hati-hati Kak, pulangnya jangan malam-malam” kata Hanida.
**********
Beberapa menit dia menunggu bus datang, dia mencoba
menghubungi Ega. Tak lama kemudian, terdengar suara di seberang sana.
“Iya, ada apa? Kamu jadi kesini?” tanya Ega kepada Ela.
“Heem, ini lagi di halte nunggu bus. Kamu darimana aja?Baru
bangun tidur?” tanya Ela.
“Iya, aku baru bangun tidur. Ya udah, kamu hati-hati di
jalan. Kalau kamu udah sampai terminal hubungi aku, ntar aku jemput,” jawab Ega
datar.
“Hah?Cuma itu ya?Hmmm. Ok” tegas Ela kesal.
Setelah Ela menutup telepon, bus jurusan Bandungpun tiba.
Dia bergegas memasuki bus, meski hatinya gundah karena sikap Ega yang acuh
kepadanya. Dia segera mencari tempat duduk yang menurutnya sangat strategis
untuk meluapkan semua kekesalannya. Dia berusaha menghibur kekecewaannya kepada
Ega dengan melihat pemandangan sepanjang
perjalanan.
“Pemandangan yang indah. Seindah harapanku sekarang” hibur
Ela dengan sebuah senyum keyakinan.
“Aku yakin, suatu saat aku bisa merasakan bahagia dengan
Ega. Aku percaya itu. Semua pasti indah pada waktunya” tambah Ela dalam hati.
Ela begitu optimis dengan semua yang dia lakukan. Apapun
yang dia lakukan demi Ega dan hanya untuk Ega. Dia memiliki beribu harapan
indah, seindah apa yang telah dia katakan. Dia berusaha merajut kasih sayangnya
meski penuh dengan pengorbanan dan air mata. Dan dia percaya bahwa cerita cintanya
akan berakhir dengan senyuman.
Dua jam perjalanan telah dia lalui, sebentar lagi dia sampai
di tujuan. Seketika nada dering di hapenya berbunyi. ‘Ku coba untuk melawan
hati, tapi hampa terasa disini tanpamu. Bagiku semua sangat berarti lagi. Ku
ingin kau disini tepiskan sepiku bersamamu’ (suara nada dering).
“Ada apa Ga? “ tanya Ela lemas.
“Kamu sampai mana?” tanya Ega tanpa menjawab pertanyaan Ela.
“Ohh, gak tau sampai mana. Cuma sebentar lagi sampai kok.
Kamu jemput sekarang?” kata Ela.
“Ntar aja kalau kamu udah sampai terminal. Langsung sms aku”
jawab Ega dan langsung menekan tombol warna merah di hapenya.
“Iya, aku pasti sms kamu kok” jawab Ela dengan linangan air
mata.
************
Tepat pukul 18.45, Ela telah sampai di terminal. Dia
langsung menghubungi Ega agar segera menjemputnya. Alhasil Ega datang 30 menit
setelah Ela menghubunginya.
“Maaf lama nunggunya, aku tadi lagi bantu teman kontrakan”
kata Ega tak bersalah.
“Iya, gak apa-apa kok” jawab Ela dengan sabar.
Kemudian Ega mengajak Ela menikmati malam kota Bandung.
Semua penat serasa hilang. Kegundahan, kekesalan dan juga kekecewaan sekejap terlupakan.
Ibarat bintang ditengah malam, meski kelam tapi selalu bercahaya dan tetap
abadi.
“Malam yang indah” celetus Ela.
“Kamu bilang apa? Malam yang indah?” jawab Ega dengan senyum
manisnya.
“Heem. Kamu tau kenapa aku bilang seperti itu?” tanya Ela
asal-asalan.
“Pasti karena ketemu aku ya?iya kan?” goda Ega kepada Ela.
“Iya sih, tapi bukan itu. Hmmmm...aku bilang seperti itu
karena aku bisa meneruskan cerita cintaku. Penuh dengan warna. Apalagi ada
warna pinknya. Hehehe...” jelas Ela.
“Iya-iya, aku percaya kok. Ada warna pinknya buat kamu. Ada
nomer delapannya buat aku” goda Ega sekali lagi sambil mencubit pipi Ela.
“Lhoo, itu warna. Bukan nomer Ega” tegas Ela.
“Hehe. Yang penting aku sayang kamu” kata Ega penuh
semangat.
Setelah lama bercerita, Ega segera mengantar Ela menuju
tempat kos saudaranya untuk tempat penginapan semalam. Walaupun Ela harus
membayar 10ribu untuk penginapan, tapi semua demi Ega pasti dia lakukan.
*********
Esokpun datang, hari ini adalah hari Ela untuk Ega. Dia
ingin menghabiskan waktu dengannya. Tak urung juga dia menerima pesan dari Ega
dihapenya.
“Habis ini tak jemput, aku gak ada yang masakin. Ada daging
dikulkas, tapi gak ada yang bisa masak. Setelah itu tak ajak jalan-jalan deh.
Janji!” rayu Ega.
“Haha. Kamu lucu. Iya-iya. Habis ini kamu jemput ya” jawab
Ela dengan senang hati.
Lalu Ela segera bersiap-siap untuk melanjutkan cerita
cintanya bersama Ega lagi.
“Kak, terima kasih udah bolehin aku nginep disini. Hehe. Aku
mau keluar sama Ega, tapi mungkin aku langsung pulang. Gak apa-apa kan?” tanya
Ela kepada saudaranya, Risty.
“Kamu disini bayar sayang, jadi terserah kamu donk. Udah
Ela, kamu biasa aja sama aku. Kayak sama siapa aja” jawab Risty.
“Ok.ok. Kapan-kapan kalau aku kesini lagi, nginapnya disini
yak?” tanya Ela.
“Boleh-boleh. Berani berapa?” goda Risty.
“Hee...” jawab Ela.
Tak lama kemudian, Ega datang menjemput Ela.
**********
Sesampainya dikontrakan Ega, Ela langsung menuju dapur. Ega
juga membantunya memasak daging yang dimintanya. Wajah mereka terlihat bahagia.
Tertawa bersama. Harapan Ela pun terjawab juga hari itu.
Selesai memasak dan makan bersama Ega. Mereka segera
meneruskan cerita cintanya. Ega mengajak Ela jalan-jalan. Menjelajahi lebih jauh
ceritanya bersama Ega sambil menikmati pemandangan di kota Bandung. Setelah
itu, mereka kembali ke kontrakan Ega.
Tapi sayang, waktu menunjukkan pukul 11.00. Saatnya Ela
untuk pulang, meski ada rasa sedih tapi Ela senang bisa mengobati kerinduannya
kepada Ega.
“Kok udah jam 11 ya?” tanya Ela pada dirinya sendiri.
“Udahlah, gak usah bilang gitu. Kamu itu selalu...” celetus
Ega.
“Selalu apa?hah?” tanya Ela kepada Ega.
“Selalu minta lebih. Sabar donk. Aku tau apa yang kamu
inginkan. Semua itu butuh proses. Ingat! Orang sabar itu hasilnya memuaskan.
Kamu percaya aku, aku percaya kamu” jelas Ega dengan tenang.
Mata Ela berkaca-kaca mendengar Ega berkata seperti itu.
Namun Ega dengan sigap memeluk Ela. Menenangkan hatinya. Tangis Ela pun tak
terbendung lagi.
“Aku takut kehilangan kamu Ega” keluh Ela penuh dengan isak
tangis.
“Aku sayang kamu, jawaban itu udah mewakili semuanya” tutur
Ega penuh bijak.
“Hmm, cuma itu?” kata Ela.
“Lhoo, masih diulangi ternyata. Cup.cup. Aku sayang kamu
Ela” kata Ega lebih bijak lagi.
Hari itu juga, pertemuan mereka berakhir. Tapi bukan untuk
selamanya. Hanya sementara. Ela berharap suatu saat ada hal terindah yang akan
menjadi kelanjutan cerita cintanya. Meski Ega acuh kepada Ela, tapi Ela yakin
semua yang dilakukan Ega kepada Ela pasti ada hikmahnya. Dan Ela selalu percaya
bahwa Tuhan mengirimkan Ega untuknya. Untuk Ela. Karena Ega Untuk Ela.